body{display:block; -khtml-user-select:none; -webkit-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; -o-user-select:none; user-select:none; unselectable:on;}

Selasa, 10 Februari 2015

Contoh Naskah Film



Naskah Film “Perwira Blangkon”
Adi  adalah seorang siswa kelas X di salah satu SMA terbaik di kota Semarang. Walau merupakan siswa di sekolah elit namun sebenarnya Adi berasal dari sebuah desa terpencil dengan segala keterbatasannya. Hanya prestasinya yang berani membawanya menuju kota Semarang dan menyandang predikat sebagai siswa SMA Teladan. Itulah sekolah yang bisa dibilang merupakan sekolah terbaik dengan biaya mahal di kota peninggalan Raden Pandan Arang tersebut. Adi hanyalah anak seorang petani dengan sawah kecil berpenghasilan pas-pasan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Beruntung, sekolah elit tersebut mau memberikan beasiswa pada Adi lantaran prestasinya sebagai siswa teladan dan penyanyi lagu macapat. Lingkungan Adi masih kental dengan segala kebudayaan Jawa. Tidak sulit menemukan sinden, penari, pemusik atau seniman lainnya. Latar belakang lingkungan tempat tinggalnya yang berada di daerah terpencil dengan penduduk yang lugu dan masih kental dengan berbagai kebudayaan dan banyak mitos membuatnya kesulitan untuk bersosialisasi dengan lingkungan barunya.
Di sekolah baru, Adi bertemu dengan banyak siswa dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Kebanyakan dari mereka adalah siswa yang tinggal di kota Semarang asli dan sebagiannya lagi merupakan siswa dari luar kota Semarang yang menyewa kamar kost dibelakang sekolah sebagai tempat berteduh sementara. Adi juga merupakan salah satu penyewa kamar kost di belakang sekolah. Entah dari manapun mereka, mereka merupakan siswa terpilih dari kalangan keluarga kaya yang sudah khatam dengan segala hiruk-pikuk dan kerasnya kehidupan perkotaan. Sebagai, siswa yang berasal dari desa terpencil Adi kesulitan untuk mendapatkan teman. Kebanyakan siswa di SMA Teladan memilih teman dengan berbagai kriteria. Persahabatan hanya sebagai media untuk memanfaatkan orang lain.
Adi  merasa canggung dengan lingkungan barunya. Banyak hal berbeda yang ditemuinya disini. Kehidupan kota yang mengalami westernisasi  ternyata banyak merubah wajah kota Semarang.  Di sekolah barunya, Adi jarang menemui siswa dengan nama-nama khas Jawa. Malahan nama-nama barat seperti Robert, Christin, Angelica, Rico dan nama-nama barat lainnya dibanggakan disini. Siswa dengan nama-nama khas Jawa seperti Sekar, Wilujeng, Retno, Agus dan siswa dengan nama-nama khas Jawa lainnya merasa malu dengan nama mereka. Bahkan, banyak siswa yang menertawakan nama Adi dan menganggap nama itu ketinggalan jaman. BAMBANG ADIANTORO. Itulah nama lengkap Adi yang dianggap aneh oleh kebanyakan siswa SMA Teladan. Banyak siswa yang lebih menyukai musik Rock dan K-pop dibandingkan musik keroncong ataupun campursari. Padahal, di kampung Adi kedua jenis musik tersebut paling digemari. Mereka juga sama sekali tidak mengenal makanan khas Jawa seperti gethuk, tiwol, timus, tape combro dan sebagainya. Mereka lebih menyukai makanan cepat saji yang lezat namun tidak sehat. Yang lebih ironis, banyak siswa SMA Teladan yang tidak bisa berbahasa Jawa halus. Mereka lebih senang menggunakan bahasa Indonesia untuk percakapan sehari-hari.
Walau begitu, Adi berhasil menjadi salah satu siswa berprestasi yang aktif dalam berbagai kegiatan sekolah. Terbukti, Adi berhasil mengalahkan kakak kelasnya dalam seleksi OSN Matematika tingkat sekolah dan menyabet kemenangan di tingkat Jawa Tengah. Ia juga aktif dalam PASKIBRA di sekolah. Ia dipercaya ketua PASKIBRA untuk ikut mengawasi jalannya upacara bendera, termasuk mengamankan siswa-siswa yang enggan menghormati merah-putih. Baginya, merah-putih adalah harga dirinya yang harus dijunjung tinggi. Para pahlawan telah mengorbankan segenap jiwa dan raganya demi merah-putih, kini gilirannya untuk menjaga merah putih. Tidak berlebihan jika Ia memberikan teguran keras pada siswa yang sering kabur saat upacara.
 Malang menimpa Adi ketika sawah milik ayahnya gagal panen akibat terserang hama. Akibat peristiwa itu ayah Adi tidak bisa membayar biaya kost Adi. Tidak mungkin Adi harus naik angkot untuk berangkat sekolah karena jarak jauh dan keterbatasan transportasi umum menuju rumahnya akan membutuhkan biaya yang lebih mahal dibanding biaya kost. Ditengah kesulitan yang menimpanya, Robert datang menawarkan bantuan. Robert mengajak Adi tinggal dirumahnya untuk sementara. Orang tua Robert juga menerima Adi dengan senang hati. Robert memperlakukan Adi dengan baik di rumahnya. Tentu hal ini membuat Adi merasa sangat senang. Selama ini banyak siswa SMA Teladan yang mengucilkannya dan Ia harus bersusah payah untuk mendapat teman. Tapi, sekarang Robert dengan senang hati mau menampungnya dan menjadi sahabatnya.
Sayangnya, kebahagiaan Adi tidak berlangsung lama. Setelah satu minggu tinggal di rumah Robert, tiba-tiba sikap Robert berubah. Robert memanfaatkan Adi sebagai pesuruh di rumahnya ketika orang tuanya tidak ada. Robert juga sering menyuruh Adi untuk mengerjakan semua PR dan tugas sekolah miliknya. Di kelas Robert sering melakukan bullying terhadap Adi.
Ditengah kesedihannya, muncullah Ajeng sebagai motivator bagi Adi. Ajeng adalah teman yang dikenalnya melalui PASKIBRA. Kedua sahabat ini banyak memiliki persamaan. Mereka sama-sama bangga menjadi seorang PASKIBRA. Mereka bercita-cita mengibarkan merah-putih di istana merdeka. Mereka sama-sama memiliki kecintaan pada kebudayaan daerah dan sama-sama menjadi siswa berprestasi di sekolah. Ajeng meminta Adi untuk kembali ke tempat kostnya dulu agar Robert tidak semena-mena padanya. Soal biaya Ajeng ingin meminjamkan uang tabungannya.
Di acara pensi SMA Teladan, keduanya memiliki ide untuk membuat pertunjukkan tentang kebudayaan daerah. Awalnya, panitia OSIS menolak mentah-mentah ide mereka karena SMA Teladan tidak pernah menyisipkan pertunjukkan kebudayaan daerah sebelumnya. Siswa-siswa SMA Teladan lebih menyukai konser musik dengan mendatangkan grup musik dari luar kota. Untungnya, Waka Kesiswaan mendukung usul mereka. Dengan sabar, Ajeng mengajari anggota cheerleader tari daerah. Sementara Adi dengan sabar mengajari anggota melodika menyanyi tembang macapat. Akhirnya, acara pensi dapat berjalan dengan lancar. Diakhir pertunjukkan, Adi sempat berpidato dihadapan siswa-siswi SMA Teladan
Teman-teman . . .
Namaku Bambang Adiantoro, aku terlahir di tanah Jawa dengan segala kebudayaannya.
Aku memang bukan orang kota seperti kalian, tapi yang aku tahu kita semua sama.
Kita terlahir di tanah Jawa, aku yakin kalian masih memiliki rasa cinta pada kebudayaan Jawa.
Jika kalian lebih menyukai gitar daripada gamelan, lebih menyayangi modern dance daripada tradisional dance, lebih menyukai konser musik daripada wayang, lebih menikmati hamburger daripada pecel dan lebih mengutamakan kebudayaan barat lainnya, siapa yang akan mempertahankan kebudayaan kita ? siapa yang akan mewariskan semua pada anak-cucu kita ? bagaimana bila suatu saat semua itu hanya menjadi sejarah belaka yang akan mengisi buku pelajaran kita ?
Oleh karena itu saya berharap kita sebagai generasi muda mau mempelajari kembali kebudayaan kita dan mempertahankannya . . .  
Adi dan Ajeng berhasil mengajak siswa-siswi SMA Teladan untuk mempelajari kebudayaan daerah. Bagi mereka, yang terpenting dalam pendidikan adalah proses belajar. Proses belajar yang paling utama adalah mengenal kebudayaan. Sementara, mempertahankan kebudayaan adalah wujud dari semangat kebangsaan (nasionalisme). Hari itu, Adi telah berhasil menjadi pahlawan bagi kelestarian kebudayaan Jawa. Ia berhasil menunjukkan jati diri seorang pemuda Jawa yang sesungguhnya.




Nahhh,,,,, itu dia naskah film karya ku. Semoga bisa menjadi contoh yang relevan untuk para pemula.