Naskah
Film “Perwira Blangkon”
Adi adalah seorang siswa kelas X di salah satu
SMA terbaik di kota Semarang. Walau merupakan siswa di sekolah elit namun
sebenarnya Adi berasal dari sebuah desa terpencil dengan segala keterbatasannya.
Hanya prestasinya yang berani membawanya menuju kota Semarang dan menyandang
predikat sebagai siswa SMA Teladan. Itulah sekolah yang bisa dibilang merupakan
sekolah terbaik dengan biaya mahal di kota peninggalan Raden Pandan Arang
tersebut. Adi hanyalah anak seorang petani dengan sawah kecil berpenghasilan
pas-pasan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Beruntung,
sekolah elit tersebut mau memberikan beasiswa pada Adi lantaran prestasinya
sebagai siswa teladan dan penyanyi lagu macapat. Lingkungan Adi masih kental
dengan segala kebudayaan Jawa. Tidak sulit menemukan sinden, penari, pemusik atau seniman lainnya. Latar belakang lingkungan tempat tinggalnya yang berada di daerah
terpencil dengan penduduk yang lugu dan masih kental dengan berbagai kebudayaan
dan banyak mitos membuatnya kesulitan untuk bersosialisasi dengan lingkungan
barunya.
Di
sekolah baru, Adi bertemu dengan banyak siswa dengan berbagai latar belakang
yang berbeda. Kebanyakan dari mereka adalah siswa yang tinggal di kota Semarang
asli dan sebagiannya lagi merupakan siswa dari luar kota Semarang yang menyewa
kamar kost dibelakang sekolah sebagai tempat berteduh sementara. Adi juga
merupakan salah satu penyewa kamar kost di belakang sekolah. Entah dari manapun
mereka, mereka merupakan siswa terpilih dari kalangan keluarga kaya yang sudah
khatam dengan segala hiruk-pikuk dan kerasnya kehidupan perkotaan. Sebagai,
siswa yang berasal dari desa terpencil Adi kesulitan untuk mendapatkan teman.
Kebanyakan siswa di SMA Teladan memilih teman dengan berbagai kriteria.
Persahabatan hanya sebagai media untuk memanfaatkan orang lain.
Adi merasa canggung dengan lingkungan barunya.
Banyak hal berbeda yang ditemuinya disini. Kehidupan kota yang mengalami westernisasi ternyata banyak merubah wajah kota Semarang. Di sekolah barunya, Adi jarang menemui siswa
dengan nama-nama khas Jawa. Malahan nama-nama barat seperti Robert, Christin,
Angelica, Rico dan nama-nama barat lainnya dibanggakan disini. Siswa dengan
nama-nama khas Jawa seperti Sekar, Wilujeng, Retno, Agus dan siswa dengan
nama-nama khas Jawa lainnya merasa malu dengan nama mereka. Bahkan, banyak
siswa yang menertawakan nama Adi dan menganggap nama itu ketinggalan jaman. BAMBANG ADIANTORO. Itulah nama lengkap
Adi yang dianggap aneh oleh kebanyakan siswa SMA Teladan. Banyak siswa yang
lebih menyukai musik Rock dan K-pop dibandingkan musik keroncong ataupun
campursari. Padahal, di kampung Adi kedua jenis musik tersebut paling digemari.
Mereka juga sama sekali tidak mengenal makanan khas Jawa seperti gethuk, tiwol, timus, tape combro dan
sebagainya. Mereka lebih menyukai makanan cepat saji yang lezat namun tidak sehat.
Yang lebih ironis, banyak siswa SMA Teladan yang tidak bisa berbahasa Jawa
halus. Mereka lebih senang menggunakan bahasa Indonesia untuk percakapan
sehari-hari.
Walau
begitu, Adi berhasil menjadi salah satu siswa berprestasi yang aktif dalam
berbagai kegiatan sekolah. Terbukti, Adi berhasil mengalahkan kakak kelasnya
dalam seleksi OSN Matematika tingkat sekolah dan menyabet kemenangan di tingkat
Jawa Tengah. Ia juga aktif dalam PASKIBRA di sekolah. Ia dipercaya ketua
PASKIBRA untuk ikut mengawasi jalannya upacara bendera, termasuk mengamankan
siswa-siswa yang enggan menghormati merah-putih. Baginya, merah-putih adalah
harga dirinya yang harus dijunjung tinggi. Para pahlawan telah mengorbankan
segenap jiwa dan raganya demi merah-putih, kini gilirannya untuk menjaga merah
putih. Tidak berlebihan jika Ia memberikan teguran keras pada siswa yang sering
kabur saat upacara.
Malang menimpa Adi ketika sawah milik ayahnya
gagal panen akibat terserang hama. Akibat peristiwa itu ayah Adi tidak bisa
membayar biaya kost Adi. Tidak mungkin Adi harus naik angkot untuk berangkat
sekolah karena jarak jauh dan keterbatasan transportasi umum menuju rumahnya akan
membutuhkan biaya yang lebih mahal dibanding biaya kost. Ditengah kesulitan
yang menimpanya, Robert datang menawarkan bantuan. Robert mengajak Adi tinggal
dirumahnya untuk sementara. Orang tua Robert juga menerima Adi dengan senang
hati. Robert memperlakukan Adi dengan baik di rumahnya. Tentu hal ini membuat
Adi merasa sangat senang. Selama ini banyak siswa SMA Teladan yang
mengucilkannya dan Ia harus bersusah payah untuk mendapat teman. Tapi, sekarang
Robert dengan senang hati mau menampungnya dan menjadi sahabatnya.
Sayangnya,
kebahagiaan Adi tidak berlangsung lama. Setelah satu minggu tinggal di rumah
Robert, tiba-tiba sikap Robert berubah. Robert memanfaatkan Adi sebagai pesuruh
di rumahnya ketika orang tuanya tidak ada. Robert juga sering menyuruh Adi
untuk mengerjakan semua PR dan tugas sekolah miliknya. Di kelas Robert sering
melakukan bullying terhadap Adi.
Ditengah
kesedihannya, muncullah Ajeng sebagai motivator bagi Adi. Ajeng adalah teman
yang dikenalnya melalui PASKIBRA. Kedua sahabat ini banyak memiliki persamaan.
Mereka sama-sama bangga menjadi seorang PASKIBRA. Mereka bercita-cita
mengibarkan merah-putih di istana merdeka. Mereka sama-sama memiliki kecintaan
pada kebudayaan daerah dan sama-sama menjadi siswa berprestasi di sekolah.
Ajeng meminta Adi untuk kembali ke tempat kostnya dulu agar Robert tidak
semena-mena padanya. Soal biaya Ajeng ingin meminjamkan uang tabungannya.
Di acara
pensi SMA Teladan, keduanya memiliki ide untuk membuat pertunjukkan tentang
kebudayaan daerah. Awalnya, panitia OSIS menolak mentah-mentah ide mereka
karena SMA Teladan tidak pernah menyisipkan pertunjukkan kebudayaan daerah
sebelumnya. Siswa-siswa SMA Teladan lebih menyukai konser musik dengan
mendatangkan grup musik dari luar kota. Untungnya, Waka Kesiswaan mendukung
usul mereka. Dengan sabar, Ajeng mengajari anggota cheerleader tari daerah.
Sementara Adi dengan sabar mengajari anggota melodika menyanyi tembang macapat.
Akhirnya, acara pensi dapat berjalan dengan lancar. Diakhir pertunjukkan, Adi
sempat berpidato dihadapan siswa-siswi SMA Teladan
Teman-teman . . .
Namaku Bambang Adiantoro, aku terlahir di
tanah Jawa dengan segala kebudayaannya.
Aku memang bukan orang kota seperti kalian,
tapi yang aku tahu kita semua sama.
Kita terlahir di tanah Jawa, aku yakin kalian
masih memiliki rasa cinta pada kebudayaan Jawa.
Jika kalian lebih menyukai gitar daripada
gamelan, lebih menyayangi modern dance daripada tradisional dance, lebih
menyukai konser musik daripada wayang, lebih menikmati hamburger daripada pecel
dan lebih mengutamakan kebudayaan barat lainnya, siapa yang akan mempertahankan
kebudayaan kita ? siapa yang akan mewariskan semua pada anak-cucu kita ?
bagaimana bila suatu saat semua itu hanya menjadi sejarah belaka yang akan
mengisi buku pelajaran kita ?
Oleh karena itu saya berharap kita sebagai
generasi muda mau mempelajari kembali kebudayaan kita dan mempertahankannya . .
.
Adi dan
Ajeng berhasil mengajak siswa-siswi SMA Teladan untuk mempelajari kebudayaan
daerah. Bagi mereka, yang terpenting dalam pendidikan adalah proses belajar.
Proses belajar yang paling utama adalah mengenal kebudayaan. Sementara, mempertahankan
kebudayaan adalah wujud dari semangat kebangsaan (nasionalisme). Hari itu, Adi
telah berhasil menjadi pahlawan bagi kelestarian kebudayaan Jawa. Ia berhasil
menunjukkan jati diri seorang pemuda Jawa yang sesungguhnya.
Nahhh,,,,, itu dia naskah film karya ku. Semoga bisa menjadi contoh yang relevan untuk para pemula.