body{display:block; -khtml-user-select:none; -webkit-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; -o-user-select:none; user-select:none; unselectable:on;}

Minggu, 19 April 2015

Mental Dijajah Belum Hilang, Yakin Sudah Merdeka ?



Mental Dijajah Belum Hilang, Yakin Sudah Merdeka ?


Negara kita Indonesia tercinta sudah mengalami sejarah panjang dari waktu ke waktu. Peradaban manusia dari waktu ke waktu silih berganti meninggalkan bekas-bekas yang masih dapat kita temukan hingga saat ini. Mulai dari peradaban masa pra aksara hingga mendekati kehidupan modern. Sejarah terpahit dialami Indonesia selama ratusan tahun ketika bangsa-bangsa barat mulai menjamah negeri ini. Awalnya mereka berniat baik, yaitu hendak membeli rempah-rempah di negeri ini untuk dijual kembali ke negaranya. Namun, lama kelamaan setan merasuki mereka hingga sifat serakah tertanam di hati mereka dan akhirnya negara-negara barat saling memperebutkan negeri ini. Penjajah dari negeri Spanyol, Portugis, Belanda dan Inggris telah memberi penderitaan besar pada rakyat. Ditambah lagi kedatangan Jepang yang ternyata jauh lebih kejam dari penjajah Eropa menambah sejarah pahit negeri ini. 
Kedatangan bangsa-bangsa asing ke negara ini telah membawa perubahan besar pada negeri ini. Perlakuan penjajah di masa silam yang selalu menempatkan penduduk pribumi di kasta paling bawah telah memberikan asumsi negatif pada masyarakat, bahkan hingga saat ini. Karena perlakuan penjajah di masa silam banyak masyarakat yang hingga saat ini belum bisa berpikir positif atas kelangsungan hidupnya sendiri. Masih banyak masyarakat negeri ini yang seakan menyerah pada nasib. Jika dahulu banyak pabrik-pabrik, perkebunan dan pertanian yang dikuasai penjajah, maka saat ini pertambangan, kekayaan laut, kekayaan alam dan perusahaan-perusahaan yang berdiri kokoh di setiap pelosok negeri ini sebagian besar masih dikuasai negara asing.



 
 Sadarkah kita bahwa penjajahan belum berakhir ? jika dahulu imperalisme kuno  memberlakukakan kerja paksa dan perbudakan, kini imperalisme modern lebih mengarah pada bagaimana cara mengusai suatu negeri ? negera-negara asing berlomba-lomba membangun perusaan di negeri ini dengan membuatnya merangkap tiga posisi sekaligus, yaitu sebagai penyedia bahan baku, sebagai penyedia tenaga kerja dan sebagai tempat pemasaran hasil produksi. Sadarkah kita bahwa selama ini kita dibodohi ? lalu mengapa semua ini bisa terjadi ? alasannya sangat sederhana. “Kita tak mau bekerja keras dan membangun kemakmuran untuk negeri ini”. Apakah kita tega berpangku tangan melihat orang asing hidup berwahan menikmati hasil kekayaan alam ini sementara masih banyak masyarakat kita yang hidup miskin ?
Sebagian besar masyarakat kita hanya menjadi tenaga kerja bawahan di perusahaan asing. Penyebabnya karena sebagian masyarakat kita hanya lulusan sekolah dasar atau sekolah menengah. Memang pemerintah sudah menyelenggarakan program wajib belajar, namun masih saja ada masyarakat yang tidak mengenyam pendidikan karena tak memiliki kesempatan . Alasannya bermacam macam, mulai dari karena menjadi tulang punggung keluarga, malas belajar hingga ada juga yang berpendapat bahwa sekolah tinggi tidak menjamin masa depan. Seakan-akan masyarakat kita banyak yang tak peduli pada kenyataan yang terjadi pada negeri ini. Seakan-akan mereka juga menyerah pada nasib mereka dan tak punya ambisi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Marilah kita rebut kembali kekayaan negeri ini. Mari bekerja keras untuk menciptakan kemakmuran negara. Bekerja keraslah untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar